dia berjalan menyusuri pesisir pantai sambil menyembunyikan matanya disebalik shades gelap. seketika kemudian, dia melabuhkan punggungnya beralaskan pasir-pasir halus. merenung jauh ke ufuk timur. cuba merangkul seberapa banyak ketenangan yang mungkin. disaat hatinya enggan bersenggama dengan minda, ombak mungkin penawarnya. namun itu hanya keyakinan sang hemosapien sepertinya.
di depan mata ilusinya, satu persatu tanyangan masa lalu dimainkan. "argh betapa celakanya aku". itu saja yang mampu terlontar dari kotak suaranya. perlahan, sekadar untuk didengar sendiri saja. tiba-tiba, bahunya digenggam dari belakang. erat penuh kemesraan. dia berpaling. melihat senyuman itu, memberi semangat baru padanya untuk mula berdoa tentang hidup setelah sekian lama hanya mati yang disebut. "relexla bro, hidupni sialnya berkala, tapi manisnya tetap ada". kata pemilik senyuman itu.
pemilik senyuman itu bangun dan perlahan-lahan meninggalkannya. dia juga turut bangun, membersihkan belakang seluanya yang berpasir. malangkah mengekori pemilik senyuman itu. optimistik mula tertanam sedikit-demi sedikit di jiwanya. ya!!! dia perlu melangkah ke depan pada jarak infiniti dan berhenti di saat yang memaksanya mengucap selamat pada hari kematian.
P/s : i'm sorry, this is crappy
No comments:
Post a Comment