Kaki yang tadi lurus aku lipat rapat ke dada. Lalu aku peluk. Sesekali mata pandang ke langit yang dari tadi belum cukup jemu mencurah rahmat ke bumi. Aku intai pula jam di diding dari balcony tempat aku sedang berjimba. Tepat 4.25 pagi. Bukan aku tak pejam untuk malam ini. Aku cuma celik semula setelah aku nampak dia. Dia yang pernah aku peluk cium suatu masa dulu. Dia yang ribanya menjadi alas kepala ketika minta dibelai. Dia yang aku rengekkan pohon kasih sayang. Dan dia yang pergi tanpa sempat aku iring dan kucup buat kali penghabisan…
Maaf wan, kakak lambat…
Tak mengapa, untuk malam ini saja aku relakan jiwa mengiringi rentak legasi langit itu.